Jokowi Menuju Istana : Yakini Raup Suara Jutaan Santri

Share
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pencapresan Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi dianggap berpeluang besar mendapat suara dari jutaan santri di Indonesia. Kalangan santri menyambut baik pencalonan Jokowi sebagai Presiden dalam Pilpres 2014 mendatang.

Fakta ini memupuskan anggapan dan analisa sejumlah pengamat politik yang menyebutkan Jokowi akan menemui kendala menarik simpati di kalangan santri atau umat muslim terdidik atau bahkan penolakan.


Ketua Umum Ikatan Santri Indonesia (ISI) Sulaiman Al-Muhktar, menjelaskan umat Islam secara umum menghendaki pemimpin yang memiliki kriteria lengkap seperti shidiq, amanah, tabligh, dan fatonah.

Di sisi lain, kata Sulaiman, umat Islam juga melihat Indonesia sudah sangat mendesak untuk dipimpin oleh orang yang mau bekerja keras, sederhana, dan tidak KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme).

"Dan Jokowi masuk dalam kategori itu dalam pandangan para santri. Kategorinya ia dianggap satu, antara kata dan perbuatan," ujar Sulaiman dalam diskusi bertajuk 'Masa Depan Politik Santri', di Restoran Pulau Dua, Senayan, Jakarta, Sabtu (29/3/2014).

Jokowi adalah calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Menurut Sulaiman sosok Jokowi sangat membumi dan dapat dirasakan oleh umat Islam khususnya para santri. "Orangnya humble, sederhana, bersahaja dan terasa sekali pro rakyat," tambahnya.

Karenanya Sulaiman menegaskan Jokowi sangat diterima di kalangan santri sebagai calon presiden bahkan berpotensi merebut suara dari kalangan santri.
Hal senada diungkapkan Hanif, Ketua Ikatan Santri Banten. Menurut Hanif tidak masalah bagi para santri jika memang rakyat menghendaki dipimpin Jokowi.

"Ini demokrasi, rakyat berdaulat. Rakyat bisa pilih siapa saja yang dikehendakinya. Jika pada akhirnya Jokowi yang dipilih rakyat, kita harus terima lapang dada," ujar Hanif.

Hanif memahami sosok seperti Jokowi mungkin menjadi antitesa dari sosok pemimpin sebelumnya.

Pemimpin dulu seolah merupakan segala dari simbol kemegahan, ketinggian pangkat dan gelar, namun tidak menjadi jaminan kemajuan kesejahteraan rakyat.

"Pada akhirnya, politik pencitraan ala manusia sempurna akan berakhir dan diganti dengan politik apa adanya. Politik biasa saja, politik sederhana. Ini yang dilihat masyarakat dari Jokowi," katanya.

Saat ditanya apakah pencalonan Jokowi akan ditolak Umat Islam, Hanif menjawab pertanyaan itu terlalu jauh, bahkan terkesan mengada-ada.
"Jokowi itu juga muslim. Jadi ada masalah apa kalau memang dia jadi presiden? Penolakan itu terkesan mengada-ada," katanya ringan.(*)sumber

Entri Populer